Movie Review: Dear John

by - February 13, 2017

Apa yang terlintas di benak kalian ketika ngomongin soal film ini? Channing Tatum kah? Atau si cantik Amanda Seyfried? Atau bahkan filmnya yang sedih dan mellow abis? To be honest, kalau disuruh kasih pendapat soal film ini, aku bakalan mention tiga kata: sweet, sad, touched. Film yang diadaptasi dari novel karya Nicholas Sparks dengan judul yang sama ini emang dalem banget sih kesannya. Yah, kalau ada kata lain yang bisa gambarin nih film adalah syahdu. Dari setting dan atmosphere-nya aja udah bikin perasaan kita nyaman karena ada debur ombak dan pasir putih.
Kayaknya sih ini salah satu ciri khas karya Sparks sih, yang kebanyakan memilih setting tempat di dekat pantai atau danau. So, here is my review about Dear John movie. 

 

Dear John adalah film yang rilis tahun 2010 (so long time ago, I know) yang disutradarai oleh  Lasse Hallström. Film ini bercerita soal seorang tentara U.S. Special Forces yang sedang cuti dan menikmati hari liburnya di South Caroline. Suatu hari setelah berselancar (Channing kelihatan hot banget waktu adegan ini 😍), ia melihat Savannah (Amanda Seyfried) dan temen-temennya lagi asik ngobrol sampai salah satu temennya Savannah ngejatuhin tas dia ke laut. Lalu tanpa pikir panjang John (Channing Tatum) terjung ke laut dari atas dermaga buat ngambilin tas Savannah itu. Dan dari situlah awal pertemuan John dengan Savannah yang akhirnya membuat mereka saling jatuh cinta hingga memutuskan untuk pacaran hanya dalam waktu dua minggu. Pretty cool, isn't it? Oh ya, ada satu ucapan dari John yang sweet banget waktu dia mampir ke pesta barbequenya Savannah. Jadi, dia bilang ke Savannah soal teorinya tentang bulan. Kata-katanya begini: 
"Tak masalah dimanapun bulan itu berada di langit atau dimanapun kau berada, jika kau acungkan jempolmu ke atas dan tutup salah satu matamu, bulan itu tak jauh lebih besar dari jempolmu."
Kata-kata itu juga seems like ngena banget di hati Savannah karena pas di bagian akhir-akhir dia memandangi bulan dan teringat sama John. Hm, emang yang begini-begini suka bikin kangen sih 😢.

Lanjut, si John akhirnya kembali bertugas dan terpaksa harus pisah sama Savannah. Pisah, maksudnya bukan putus tapi menjalani pacaran model LDR. However, ldr yang mereka jalani kayanya lebih dramatis dari ldr-ldr an orang jaman sekarang. Karena si John ini ditugasin ke negara antah berantah, jadi buat mereka susah untuk komunikasi by phone. Then the only way for survive is mereka saling kirim-kiriman surat dan itupun sampainya lama banget. Bener-bener nggak bisa bayangin ldr-an macam ini deh. Yang masih bisa telpon-telponan atau video call aja masih kerasa banget kangennya apalagi lewat surat yang nggak bisa sehari dua hari sampai? 

Tapi pada akhirnya hubungan mereka ditempa masalah juga. Emang sih, mereka berhasil menjalani ldr sampai 2 tahun kemudian John baru pulang. Sayangnya, setelah itu John mutusin buat bertugas lagi karena kejadian 9/11 dan terpaksa harus ninggalin Savannah. Savannah sedih banget, ya iyalah baru ketemu masa harus pergi lagi. Tapi karena saking cintanya dia sama John, dia pun ngerelain John buat pergi. 

Mereka masih surat-suratan? Masih. Mereka masih saling bertukar surat sampai suatu hari Savannah ngirim surat yang isinya bikin John patah hati banget. Savannah mutusin John! Itupun secara sepihak dan dengan alasan Savannah udah nggak bisa nunggu John lagi dan mutusin buat nikah sama cowok lain. Touched banget waktu liat adegan John marah sambil bakar semua surat dari Savannah. It seems semua yang dia lalui bersama Savannah itu kebuang gitu aja. 

Tahun demi tahun berlalu dan setelah putus dari Savannah, John jadi males pulang ke Carolina padahal dia punya ayah yang kondisinya nggak cukup baik. Bikin sedih sih kalau liat ayahnya John. John sendiri baru memutuskan pulang setelah dikasih kabar ayahnya masuk rumah sakit hingga akhirnya meninggal dunia. Setelah pergi memakamkan ayahnya, John nggak bisa nahan keinginannya buat lihat Savannah. Lalu dia pun pergi ke rumah Savannah dan ketemu dia disana. Sayangnya pertemuan pertama mereka ini dalam kondisi Savannah yang udah jadi istri orang walaupun masih ada perasaan saling suka di antara keduanya (sadis deh sadis!). 

Tahu nggak bagian yang lebih sadisnya apa? Yakni ketika John lihat foto nikahnya Savannah. Bukan fotonya sih yang bikin sedih, tapi kenyataan kalau yang jadi suaminya Savannah adalah duda satu anak yang John tahu adalah sahabat dekatnya Savannah. Cowok ini namanya Tim (Henry Thomas), dia punya anak cowok autis gitu deh. Waktu Savannah dan John masih pacaran, Tim ini tahu hubungan mereka dan bahkan beberapa kali ngobrol sama John. Semacam nikung dari belakang, tapi bukan nikung juga sih karena Tim ternyata menderita penyakit kanker kulit dan Savannah kasihan sama dia. 

Sampai John tahu soal fakta ini, itupun nggak mengurangi perasaan cinta dia ke Savannah. Yang lebih hebatnya lagi, John sampai rela menjual semua koleksi koin ayahnya untuk disumbang sebagai biaya perawatan Tim, tanpa memberitahukan nama dia tentunya (apakah beneran ada cowok macam begini di dunia????). Sayangnya, pengobatan itu hanya membuat umur Tim sedikit lebih panjang sebelum akhirnya dia meninggal. 

Finally, di akhir cerita setelah beberapa tahun kemudian, John dan Savannah akhirnya bertemu lagi di sebuah jalan pertokoan gitu. John lagi markirin sepedanya dan Savannah lagi ngopi di sebuah kafe. Mereka ketemu lagi and they lived happily ever after! 

Salah satu nilai moral yang bisa aku ambil dari film ini adalah, jika kamu mencintai seseorang, maka cintailah seluruhnya, termasuk apa yang menjadi keputusan orang yang kamu cintai. Karena meskipun sekarang ia sedang bersama orang lain, kalau ia memang cinta sejatimu, maka kalian pasti akan dipertemukan lagi. Oke, itu dulu review dari aku soal film yang amat sangat favorit dan recommended buat ditonton. Jangan lupa sedia tisu dan jangan pakai maskara atau eyeliner pas nonton film ini ya! Hahaha... 
"I fell in love with her when we were together, then fell deeper in love with her when in the years we were apart. -John, Dear John-"

Love,
Avisha 💋

 


You May Also Like

0 komentar